Kamis, 06 April 2017

Cerita Dewasa: PERKOSA TANTE DI DAPUR SENDIRI

Cerita Dewasa: PERKOSA TANTE DI DAPUR SENDIRI

PERKOSA TANTE DI DAPUR SENDIRI

Kisah nafsu birahi ini kulakukan dengan tante sendiri yang cantik hot dan bahenol dengan judul " Cerita Sex Pengalaman Perkosa Tante Sendiri di Dapur " yang sudah pasti seru dan dijamin dapat meningkatkan gairah seks, selamat menikmati.

Cerita Sex Pengalaman Perkosa Tante Sendiri di Dapur

Kisah Seks dengan Tante Sendiri di Dapur
Kisah Seks Dewasa dengan Tante Sendiri di Dapur
Baca kisah seks mesum bergambar terbaru sebelumnya yang tidak kalah seru menambah birahi mu berjudul "Cerita Sex Aku di Gilir Tiga Brondong Dalam Mobil"

Cerita Ngentot Mesum - Ini merupakan cerita sedarah yang masih ada hubungan kekerabatan atau keluarga, dan perlu anda ingat bahwa cerita dewasa sedarah dengan tanteku ini berbeda dengan cerita panas tante atau pun cerita dewasa Hot yang lain-lainnya karena cerita sedarah ini sangat asik sekali, oke tanpa basa-basi lagi kita akan memulai memasuki babak cerita dewasa sebagai berikut ini silahkan pilih aja:

Cerita Panas Hot ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Wawan, umurku sekarang 26 tahun. Ada sebuah Cerita Dewasa Seks yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian cerita dewasa yang masih terus kuingat sampai saat ini. Saat sma aQu dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya. Oke deh langsung aja pada inti cerita kali ini. Yuk kita simak aja gimana sih adegan seks sedarah yang saya lakukan dengan tanteku ini ?

Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang Single parent dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak,
tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.

Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.

Tante Yun, belum siap yah makanannya? tanyaku kelaparan.
Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja Sekeras ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya. Ah, seksi sekali pikirku kotor.

Wawan bantuin ya Tante? tawarku.
Boleh Wan, sini! ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
Aduh Wan, tolong.., gimana ini? tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
Aduh Wan gimana ini? tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
Duh gimana ya Tante, aku juga bingung. kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
Pegang dulu Tante kataku sedikit terengah menahan gairah.
Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih sungut tanteku.

Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!? tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.

Auhh.. ohh suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
Kesempatan pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann.. Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
Auwchh.. Wan.. ahh.. jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.

Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.
Cerita Sex Pengalaman Perkosa Tante Sendiri di Dapur
Cerita Sex Pengalaman Perkosa Tante Sendiri di Dapur
Ahh..hh Wann.. ahh aouhh.. dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
Aduh aku belum apa-apa pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.

Ahh sakit Wan.. pelan.. auh kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.

Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.

Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss.. Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
Cabut dulu Wan.. Tante linuu.. pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante? kataku.
Iya, tapi sekarang dari depan aja yah janji tanteku.

Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.

Ahh.. oohh.. erang tanteku, ciuman kami terlepas.
Kocokkan yang cepatt wann.. pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
Begini Tante.. Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu.. sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss.. rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
Ohh Wan, Tante hampir sampai.. tubuhnya mulai bergetar agak keras.
Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk.. aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
Dikeluarin dimana Tante? tanyaku minta ijin.
Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa
Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..
Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt rintih tanteku.

Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
Aku keluarr tantee.. aughh.. sambil kubenamkan dalam-dalam.
Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya.. erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini sungut tanteku.
Tapi Tante juga menikmatinya kan? belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
Tante air di tandon tadi sudah habis loh candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam

Tante indah si pemilik salon

Ngentot Tante Indah Si Pemilik Salon 

Ngentot Tante Indah Si Pemilik Salon

Tante Indah dengan usia yang sudah matang kisaran 37 tahun memiliki wajah yang cantik dan molek, di tambah dengan tubuh yang masih singset dan sexy aduhaaaai alaaamak.

Dengan ukuran payudara yang terbilang lumayan yaitu 35A. Lelaki mana yang tak tergoda oleh kecantikan dan kemolekan Tante Indah. Tante Indah merupakan wanita yang memiliki usaha sendiri , yaitu salon potong rambut dan kecantikan.


Terbilang Tante Indah ekonomi nya tergolong sangat mapan. Akan tetapi selama dalam menjalankan usahanya, Tante Indah begitu sangat kesepian.

Karena Suaminya yang terus bekerja di luar kota dan Tante Indah sudah dikaruniai 2 oranag anak.

Ketika gw sedang cukur rambut di Salon tempat Tante Indah dan selama waktu pemangkasan rambut , gw mengajaknya ngobrol ini itu . sampai kami pun akrab dengan celotehan-celotehan kita.

Setelah gw habis di cukurnya, gw menemaninya mengobrol ketika salon nya mulai sepi dengan pengunjung. Sejak hari itu, gw semakin akrab dengan keluarga Tante Indah.

Apalagi kemudian Tante Indah meminta gw untuk memberikan kursus privat komputer pada Radit dan Raka, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 3 SD. Karena rumahnya dekat, gw mau saja, lagi pula Tante Indah setuju membayarku tinggi.

Gw dan Tante Indah sering sms-sms san, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali gw bermaksud mengirim SMS ke Rini yang isinya.

“Hai cinta.. sedang apa?

Gw rindu U. ..

Pengen deh sayang-sayangan dengan U. . lagi..

Gw pengen kita bercinta lagi..”

Karena waktu itu gw juga baru saja ber-SMS dengan Tante Indah,

refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Indah!

Gw sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian laporan di HP-ku datang:

 Delivered to Ms. Indah!

“OMG. . . .!”

Gw langsung memikirkan alasan jika Tante Indah menanyakan SMS itu. Benar!

Tak lama kemudian Tante Indah membalas SMS salah sasaran itu.

“Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini.. ”

Wah, untung gw dan Tante Indah sudah akrab.

Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah. “Maaf, Tante. Gw salah kirim. Pas lagi horny nih.. Maaf ya Tante..” balasku.

Gw sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Indah.

“Wah.. U. . ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”

“Bukan Tante. Itu TTM-ku.

Teman Tapi Mesra.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Tante..”

Beberapa menit kemudian, Tante Indah tidak membalas SMS-ku.

Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Indah meneleponku.

“Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Indah.

Suaranya lebih akrab daripada biasanya.

“Di kamar aja, Tante. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim.

Jadi ketahuan deh gw lagi pengen..” jawabku.

Kudengar Tante Indah tertawa lepas. Baru kali ini gw mendengarnya tertawa sebebas ini.

“Gw tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”

“Hm.. Tapi memang gw alim lho, Tante..” kata gw bercanda.

“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”

“Ya teman lama, Tante. Partner sex-ku yang pertama.”

Gw bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Gw rasa Tante Indah bisa mengerti gw. “Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran.

Gw yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.

“Kami bersahabat baik, Tante. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.

Gw tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, gw baru satu kali bercinta dengan Rini. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.


“Wah.. Baru tahu gw ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”

“Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Dan kami belum menginginkan itu.”

“Lalu, apa partnermu cuma si Rini dan partner Rini cuma U. .?” selidik Tante Indah.

“Kalau tentang Rini gw tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan laki-laki lain. Gw pun begitu.

Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Tante.”

“Oh.. Safe Sex ya? “

“Yup! Oh ya dari tadi gw seperti obyek wawancara.

Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” Tanya gw melangkah lebih jauh.

Kudengar Tante Indah menarik nafas panjang.

Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.

“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.

Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Gw jadi ingin tahu lebih banyak lagi.

“Ko Fery Impotent ya Tante?”

“Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi pada gw.

Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”

“Lho, Tante Indah berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Tante?” Tanya gw.

“Gw sih pernah memberinya tanda bahwa gw sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Gw tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”

“Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Tante Indah..” goda gw asal saja.

Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.

“Boy, U. . itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran gw ? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”

“Tante Indah serius? Gw tidak menyangka lho Tante Indah bisa bicara seperti ini. Tante Indah masih muda. 37 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Tante Indah terlihat sangat mandiri di mata gw..”

gw tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.

“U. . lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya?

Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.” Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat.

Bahkan gw tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Indah. Selama ini gw sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.

Bergegas gw mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Indah.

Di sepanjang jalan gw masih tak habis pikir. Apakah benar nanti gw akan bercinta dengan Tante Indah? Rasanya mustahil. . Belum lagi kalau ada Radit dan Raka juga sudah pulang dijemput sopirnya. Sampai di rumah Tante Indah, ternyata rumahnya sedang sepi.

Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi. “Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usia gw masih lebih tua darinya. “Oh iya.. Terima kasih, Ning.

Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kata gw memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa gw datang.

Gw masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Indah.

“Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Indah.

Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Rini dan MAya, gw merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah gw menutup pintu, belum sempat gw duduk,

Tante Indah sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dada gw. Gw tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertama gw dengan wanita yang usianya di atasku. Gw takut salah.

Apa gw harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya gw bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa.

Akhirnya gw memilih tenang. Gw ingin tahu apa yang Tante Indah inginkan. Gw akan mengikutinya. Kali ini gw main safe saja. No risk taking this time.

“Tante Indah adalah masalah?” bisikku.

Kurasakan pelukan Tante Indah semakin erat. Dia tidak menjawab. Gw juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan kontolku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Indah tidak membangkitkan gairahku.

“Gw cuma ingin memelukmu. Sudah lama gw tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. U. . tidak keberatan kan gw memelukmu?” akhirnya Tante Indah berbicara.

“Tentu saja gw tidak keberatan, Tante. Peluk saja sepuas Tante Indah. Apapun yang Tante Indah inginkan dariku, kalau gw mampu, gw akan melakukannya.”

Kurasakan tangannya mencubitku.

“Sok romantis U. ., Boy. Tante bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu..

Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. tante akan melakukannya.. Hahaha..

Gak usah pakai begituan. Tante sudah sangat senang kalau U. . mau kupeluk begini..

Benar juga kata Tante Indah. Hari itu gw belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Indah, kata-kata manis tidak diperlukan.

Tapi tentu saja, gw tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata laki-laki itu. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu.

Dan gw memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.

“Tante Indah, gw beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” canda gw.

Memang benar gw merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan gw yakin perasaan Tante Indah akan menangkap ketulusanku.

“Yah.. Tante simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku.

U. . juga tidak merendahkan. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Indah lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Gw jadi ingin menciumnya.

Di satu sisi gw tahu bahwa gw salah. Tante Indah sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal gw menikmati pelukan itu. Bahkan gw ingin lebih dari sekedar pelukan.

Gw ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Indah sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Gw mulai memperhitungkan situasi.

Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat.. Perlahan gw memberanikan diri menyentuh wajah Tante Indah. Dengan dua buah jariku, gw membelai wajahnya lembut. Mata gw menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Indah gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.

Gw menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Indah menyandarkan kepalanya ke dada gw.

“Tante salah, Boy. Tante mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.

Gw yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi gw sedang horny. Gw mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Gw tak berani menciumnya.

Dan Tante Indah menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Gw tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan gw juga membutuhkannya.

Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat. Gw segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini gw akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya.

Gw meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Indah menggelinjang. Perlahan gw menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Indah menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku. Dasar cowok, gw mana tahan? Sudah kepalang tanggung.

Gw nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat gw berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Indah bergetar hebat saat gw meremas payudaranya.

“Gila U. ., Boy. tante tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk tante!” tegur Tante Indah. Gw tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak.

Gw tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Indah melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku gw membuka kancing-kancing kemejanya.

Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Indah tertawa melihat ulahku. Kini gw bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Indah melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaa gw.

Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telinga gw, sementara kepala gw, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya.

Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar. Gw bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras.

Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Indah semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, gw lebih kuat darinya karena gw rajin berolahraga menjaga stamina. Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah.

Tante Indah merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Gw terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Gw tidak akan memaksanya. Tetapi gw punya cara lain. Gw akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.

“Ergh,” kudengar lenguhannya.

Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif gw mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.

“Boy..” rintihnya.

Telinganya juga sensitif. Tante bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Indah semakin bergairah.

“Ka.. mu.. Na.. kal. U. . pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..”

jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.

“Tante Indah cantik sekali. Gw sangat menginginkanmu, Tante..

Gw ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersama gw..” bisikku

sambil terus mencium telinganya.

“Tante juga menginginkanmu Boy.. Tapi tante takut..” jawab tante Indah.

Ngentot Tante Indah Si Pemilik Salon

Ya, gw harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat gw melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik.

Kulihat Tante Indah merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka.

Gw berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya. “Aahh..” Tante Indah semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini gw sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi. Entahlah, gw sangat tenang dalam melakukannya.

Semakin intensif gw merangsang titik-titik lemah tubuhnya, gw semakin tenang. Gw seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya gw berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

Tante Indah semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celana gw dan mencari kontolku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya.

Gw semakin terbakar.

Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan gw melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Gw menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Indah nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.

Perlahan kontolku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Gw merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Gw berani tanpa kondom karena gw yakin dengan kesehatan Tante Indah. Gw mulai melakukan tugasku.

Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara kontolku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Gw mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya.

Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku kontolku lebih sensitif hingga belum begitu lama, gw sudah merasakan di ambang orgasme.

 Segera kuhentikan aksiku. Kucabut kontolku dan gw menenangkan diri. Kami berciuman. Gw tak mau birahi Tante Indah surut. Setelah agak tenang gw kembali memasukkan kontolku.

Kali ini gw tidak menggebu dalam memompa kontolku. Gw memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan gw lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Indah yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh.

Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman. Gw heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom.

Kontolku terasa agak panas. Gw belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan gw hendak mencapai puncak, gw menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme.

Gw berusaha seperti menahan kencing. Dan usaha gw berhasil. Setidaknya gw bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Indah yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Indah semakin kemerahan.

Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.

“Tante Indah cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku.

Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.

“Arg.., U. . juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.

Tante Indah bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.

Sebenarnya gw ingin mengubah posisi lagi. Gw ingin lebih lama bercinta. Tetapi gw agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini.

Gw khawatir nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Dari bahasa tubuh Tante Indah, gw yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku.

Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.

“Agh.. Arrhhk.. tante sudah ham.. pir..” rintihnya.

Tanganku meraih bra Tante Indah dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Kontolku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat.

Gw belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Indah walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, tante berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru gw menyusul.

“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Indah

agak tidak jelas karena sambil menggigit bra. Gw menjaga semangat dan menjaga kontolku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan kontolku juga semakin panas.

Gw juga sudah mendekati puncak. Aliran pejuuuh dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Indah semakin menyentak-nyentak.

Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar. Beberapa saat kemudian gw merasakan tubuh Tante Indah bergetar hebat.

Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.

“Aargghh.. Sstt..”

 Gw merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat kontolku semakin panas. Tante Indah orgasme sementara gw juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya.

Gw mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan gw mencabut kontolku.

Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Pejuuuh gw berhamburan

muncrat di perut dan dada Tante Indah. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Gw yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan kontolku, sukses mengantarkan Tante Indah menggapai orgasmenya.

Dibandingkan ketika making love dengan Rini dan Maya, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. Tante Indah segera mencari tissue dan membersihkan ceceran pejuuuh gw. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja.

Gw pun tinggal merapikan celana gw. Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Indah.

Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Gw tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini.

Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Gw sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

“Maaf Tante.. Sudah melangkah jauh sekali..” kata gw.

“Ya! U. . tidak sopan sekali, tadi!” katanya

bergurau tetapi dalam nada agak tegas.

Kami pun tertawa bersama. Gw memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.

“Habis Tante Indah, sudah tahu gw lagi horny malah diundang kemari..” kata gw membela diri.

“Terus terang tante juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu U. . ternyata sudah pengalaman, tante jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi tante sangat takut melangkah.

Untung U. .nya nekat.. tante jadi terpuaskan, deh.

Makacih ya..”


Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Indah bicara manja seperti ini.

Gw sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga.

Sisi lembutnya tetap ada.

“Ya.. Gw juga senang sekali bisa memuaskan Tante Indah. Gw juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Tante Indah kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”

“Bukan begitu. tante tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”

“Oh jangan kuatir..

Gw selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kata gw menenangkannya.

Gw tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja gw pegang setir mobil.


“Yah baguslah. tante juga suka karena U. . selalu terlihat bersih dan harum..”

Tante Indah mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut.

Kami terus berciuman sambil berpelukan. Banyak laki-laki melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman.

Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para laki-laki, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service.

Ini adalah salah satu kunci yang gw pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersama gw.

Kami berpelukan dan dengan jelas gw mendengar suara Tante Indah..

“Tante menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. tante merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah gw lupakan. Sekian